I.
PENDAHULUAN
Kedudukan
akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh
bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung
kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan
sejahteralah lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak
berakhlak), rusaklah lahirnya dan batinnya.
Seseorang
yang berakhlak mulia, selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan
hak yang harus diberikan kepada yang berhak, dia melakukan kewajibannya
terhadap dirinya sendiri, yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhannya, yang
menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk yang lain, terhadap sesama manusia, yang
menjadi hak manusia lainnya, terhadap makhluk hidup lainnya, yang menjadi
haknya, terhadap alam dan lingkungannya dan terhadap segala yang ada secara
harmonis, dia akan menempati martabat yang mulia dalam pandangan umum. Dia
mengisi dirinya dengan sifat-sifat terpuji, dan menjauhkan dirinya dari
sifat-sifat yang tercela, dia menempati kedudukan yang mulia secara obyektif,
walaupun secara materiil keadaannya sangat sederhana.
II.
PERUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah definisi dari akhlak?
2.
Apa saja dasar dan tujuan akhlak?
III.
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Akhlak
Ada banyak
sekali definisi mengenai akhlak yang dikemukakan oleh para ahli ilmu akhlaq.
Sekalipun begitu, pengertian akhlaq tetap terpaku pada satu titik point yaitu
tingkah laku.
Akhlak
menurut arti bahasa sama dengan adab, sopan santun, budi pekerti atau juga
etika. Dalam suatu ayat dijelaskan:[1]
هيئة راسخو تصدر عنها الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر
(العرفات: 19)
Artinya:
Akhlak adalah daya yang telah
bersemi dalam jiwa seseorang sehingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan
yang mudah tanpa dipikir dan direnungkan.
Menurut
pengertian para ilmu akhlaq, akhlaq ialah suatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan
terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang dengan mudah.
Dengan
demikian, bila perbuatan, sikap dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwa
dan akhlaknya baik pula. Sebaliknya jika perbuatan, sikap dan pemikirannya
buruk, niscaya jiwa dan akhlaqnya buruk pula.[2]
Imam
Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengemukakan bahwa akhlaq adalah “daya kekuatan
(sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan
tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jika tindakan spontan itu baik menurut
pandangan akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlaq yang baik
(mahmudah), sebaliknya, jika buruk disebut akhlaq tercela (madzmumah).
Dari
definisi-definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ukuran akhlaq bukan dilihat
dari segi lahiriyah saja, tetapi yang lebih penting adalah dari segi batiniyah,
yakni dorongan hati, sabda Nabi :
“Ingatlah sesungguhnya di dalam
tubuh manusia itu terdapat sekerat daging, jika ia baik, maka akan baiklah
seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah
sekerat daging itu adalah hati”.[3]
Akhlaq
dalam Islam sangatlah penting artinya, sebab Nabi Muhammad saw diutus untuk
membina akhlaq manusia. Ilmu yang mempelajari akhlaq adalah ilmu akhlaq, yaitu
ilmu yang menerangkan tentang kaidah-kaidah baik dan buruk, sifat-sifat terpuji
dan tercela.
B.
Dasar
dan Tujuan Akhlaq
Dasar
hukum akhlaq ialah al-Qur’an dan al-Hadits yg mrp dasar pokok ajaran Islam.
1. Al-Qur’an
قَدْ جَاءكُم مِّنَ اللّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ (15)
يَهْدِي بِهِ اللّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلاَمِ وَيُخْرِجُهُم
مِّنِ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ
مُّسْتَقِيمٍ (16)
Artinya :
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan
kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah: 15-16)
2. Hadits
Dalam
hadits diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Aisyah ra, ia mengatakan : akhlaq
nabiyullah Muhammad saw adalah al-Qur’an.
Hadits ini
menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah dasar yang pertama dan utama bagi akhlaq.
Sedang Allah SWT mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai teladan yang baik
dalam firman-nya: “Sesungguhnya telah ada pada di Rasulullah suri tauladan yang
baik bagimu”.
Akhlaq
merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Setiap manusia
pasti mempunyai akhlaq. Tujuan akhlak dalam Islam, secara umum ialah
terbentuknya pribadi muslim yang luhur budi pekertinya, baik lahir maupun
batin, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, sedangkan tujuan
akhlak secara khusus ada 2:
a. Membersihkan diri dari akhlaq
tercela
b. Menghiasi diri dengan akhlaq terpuji
Selain itu
tujuan dari akhlak adalah :[4]
a. Mendapatkan ridha dari Allah
b. Membentuk kepribadian muslim,
maksudnya adalah segala perilaku, baik ucapan, perbuatan, pikiran dan kata
hatinya mencerminkan sikap ajaran Islam.
c. Mewujudkan perbuatan yang mulia dan
terhindarnya perbuatan tercela.
C.
Pembagian
Akhlak
Berdasarkan sifatnya ada 2:
1. Akhlaq mahmudah/akhlaq terpuji
Akhlaq
terpuji merupakan salah satu tanda bagi kesempurnaan iman seseorang. Imam
Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin bagian rubu’ munjiyat menerangkan bahwa
gejala-gejala hati yang sehat merupakan cermin dari akhlaq terpuji diantaranya:[5]
a. Takut dan berharap kepada Allah
Takut
maksudnya bahwa segala perbuatan manusia itu nantinya akan dimintai
pertanggungjawabannya, maka dengan pengetahuan itulah seseorang takut kepada
Allah, bukan berarti menjauh tetapi sebaliknya, harus berusaha mendekatkan diri
kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
b. Taubat dan Nadam
Yaitu
kembali ke jalan kebenaran atas dosa-dosa yang telah dilaksanakan dan menyesali
atas segala dosa-dosanya itu.
Ada
beberapa syarat bagi orang yang bertaubat:[6]
1) Menghentikan perbuatan maksiat
2) Menyesali dosa-dosa yang telah
dilakukan
3) Bertekad untuk tidak mengulanginya
lagi
4) Jika bersalah pada orang lain, maka
harus minta maaf terlebih dahulu kepada yang bersangkutan.
5) Memperbanyak amal kebaikan.
c. Sabar dan syukur
Sabar
yaitu tabah dalam menghadapi segala sesuatu dari Allah. Sabar ada 3 macam :
1) Sabar karena taat kepada Allah yaitu
sabar dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan meningkatkan
takwa.
2) Sabar karena maksiat yaitu bersabar
diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama (sabar menahan hawa
nafsu)
3) Sabar karena musibah yaitu sabar
tatkala ditimpa kemalangan dan ujian, serta cobaan dari Allah.
Sedangkan
syukur adalah mengakui kebaikan terhadap apa yang terjadi atau diterima
seseorang.
Syukur
terdiri atas 3 perkara :
1) Ilmu
2) Keadaan
3) Amal
2. Akhlaq Madzmumah / Akhlaq tercela
a. Kufur, yaitu segala ucapan,
perbuatan dan keyakinan mengingkari adanya Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kafir
adalah orangnya. Di antara sebab-sebab menjadi kufur adalah: hilangnya
kepercayaan kepada Allah. Tidak mengakui kebenaran atas semua hal, adanya
keraguan dalam pikiran dan karena pengaruh lingkungan.
b. Syirik, yaitu kepercayaan terhadap
sesuatu selain Allah. Orangnya disebut musyrik. Syirik sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan pelakunya tidak diampuni dosanya.[7]
c. Riya’ yaitu pamer atau menampilkan
diri dalam beramal agar mendapat pujian.
d. Takabur yaitu sombong atas apa yang
dimiliki.
e. Hasud yaitu perasan tidak suka atau
iri terhadap nikmat yang diterima orang lain kemudian menyebarkan berita bahwa
nikmat yang diperoleh orang itu di dapat dengan cara yang tidak wajar.
f. Dendam, yaitu keinginan untuk
membalas perbuatan seseorang.
Berdasarkan objeknya, akhlak ada 2:
1. Akhlaq kepada khaliq
Untuk
melaksanakan akhlaq terhadap Allah, maka kita harus memperbanyak zikir,
tawakal, ridha dan ikhlas, serta melaksanakan perintah dan menjauhi
larangannya.
2. Akhlaq kepada makhluk, terdiri atas
:
a. Akhlaq kepada Rasulullah
b. Akhlaq kepada keluarga
c. Akhlaq kepada diri sendiri
d. Akhlaq kepada orang lain
e. Akhlaq kepada lingkungan / alam
IV.
KESIMPULAN
Agama
Islam adalah agama yang sangat mementingkan ajaran akhlaq, dalam kehidupan di
dunia ini, manusia bukanlah makhluk individual yang hidup sendirian tetapi
manusia juga membutuhkan orang lain atau makhluk sosial. Oleh karena itu,
akhlaq karimah mutlak diperlukan dalam perwujudan tatanan hidup yang serasi dan
berkesinambungan demi tercapainya kebahagiaan hidup. Akhlak karimah merupakan
perwujudan seseorang, yaitu sebagai bukti konkret dari kualitas agama
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
KHM.
Sukanda Sadeli, Bimbingan Akhlaq yang Mulia, Yayasan Pendidikan Islam
Amal Saleh.
Drs. M.
Mansyur Amin, dkk., Aqidah dan Akhlaq, Yogyakarta: Kota Kembang, 1991.
A.
Zainuddin, S.Ag, dan Muhammad Jamhari, S.Ag. al-Islam 2 : Muamalah dan
Akhlaq, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998.
Drs.
Asmaran As, M.A., Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar