bittersweet

Kamis, 10 April 2014

KYUMIN FF/GS/THE FINAL ANSWER/CHAPTER 1

Kyumin Genderswitch Fanfiction
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
This fanfiction presented by Jasminelulu
Title : The Final Answer
Chapter : 1
Genre : Drama, Romance, Hurt
Rate : T
Cast :
Lee Sungmin, 25 tahun
Cho Khuhyun, 24 tahun
Shim Changmin, 28 tahun
Lee Hyukjae, 25 tahun
Lee Donghae, 26 tahun
And others cast
Disclaimer : All cast is belong to God, their patents, and their fans. I just use their name for my fic. Thanks, Guys. I Love U^^
*
Summary : Lee Sungmin, seorang wanita karir yang sangat sibuk selalu didesak oleh para keluarga dan sahabatnya untuk segera menikah. Namun ketika pilihannya sudah jatuh pada namja tampan bernama Cho Kyuhyun, tiba-tiba ayahnya menjodohkannya dengan namja lain bernama Shim Changmin.
Bagaimanakah jawaban terakhir Sungmin untuk memutuskan siapa yang akan menjadi pendampingnya? Dan bagaimana usaha Cho Kyuhyun dan Shim Changmin untuk meyakinkan Lee Sungmin bahwa merekalah yang terbaik?
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
-Sungmin POV-
Memang rumit menjadi wanita karir sepertiku. Satu hari terdapat 24 jam, 1440 menit, 3600 detik. Hanya 7 jam yang bisa kugunakan untuk merebahkan badan, menutup mata dan bernafas teratur. 9 jam kugunakan untuk bekerja dan selebihnya ku gunakan untuk mengurus keadaan rumah dan hal-hal lain yang mungkin ingin aku lakukan. Pukul 08.00 pagi aku sudah harus berada di kantor tempatku bekerja. Barulah pukul 16.00 sore aku bisa pulang. Itu tidak termasuk jika ada berkas-berkas penting yang mendadak harus ku selesaikan atau kejar deteline. Seperti hari ini, aku terpaksa merelakan pulang malam karena direktur utama perusahaan tiba-tiba mengadakan meeting mendadak sehingga aku harus menyiapkan semua berkas-berkas untuk presentasi besok. Memang melelahkan, namun aku sudah cukup bisa menikmatinya.
“Lee Sungmin-ssi, maafkan aku karena mengadakannya secara mendadak. Tapi ini juga bukan sepenuhnya keinginanku, direktur perusaan luar negeri yang kemarin kita ajak bekerja sama tiba-tiba saja menelfonku untuk mengadakan meeting ini sesegera mungkin. Kau tahu sendiri bukan, bagaimana watak direktur perusahaan itu? Bahkan aku belum sempat memeriksa berkas laporanmu kemarin.” Ujar direktur kepadaku. Bukan suatu pemandangan yang asing jika seorang direktur utama harus berinteraksi langsung dengan pegawai bawahannya sepertiku. Karena memang direktur perusahaan ini sangat menghormati semua pegawainya. Bahkan tidak jarang kami diundang makan siang bersama dengan alasan untuk mempererat hubungan sesama pegawai dan juga atasan. Tentu saja aku sangat menyukainya. Karena dengan begitu kami lebih bisa menghargai beliau, dan bukannya takut kepada beliau.
“Tidak masalah, Sajangnim. Ini sudah menjadi tugas saya. Baik itu mendadak atau tidak, itu tetap tugas saya sebagai pegawai di sini. Apalagi Sajangnim sudah begitu baik kepada saya dan pegawai lainnya. Bagaimana bisa saya menolaknya hanya dengan alasan itu terlalu mendadak.” Ujarku dengan sangat sopan.
Mendengar jawabanku yang sama sekali tidak menunjukkan beban, Sajangnim tersenyum puas dan tak lama kemudian mengarahkan tangannya ke arahku dan memberikan sebotol air mineral. “Ini terimalah! Kau sudah sangat bekerja keras selama ini. Maafkan aku jika selalu membuatmu repot.”
Lihat! Bukankah memang tugasnya memberiku tugas. Bahkan dia masih merasa repot. Benar-benar direktur idaman untuk para pagawai. Beliau memang sudah tidak muda lagi. Namun di usianya yang mencapai kepala lima ini, semangat kerjanya masih dapat dibandingkan dengan direktur muda zaman sekarang.
“Ya Tuhan, Anda begitu baik, Sajangnim. Bahkan saya sama sekali tidak merasa direpotkan. Hanya terimakasih yang dapat saya berikan kepada anda, Choi Siwon Sajangnim.” Ujarku sambil menunduk kearahnya.
Ku lepaskan kaca mata yang sejak tadi pagi menemaniku mengurus semua berkas ini. Sejenak ku renggangkan otot-otot tubuhku. Terasa pegal memang, namun sekali lagi aku bisa menikmatinya. Belum tentu setelah tua nanti aku bisa merasakan pegal yang seperti ini.
Hey! Bukankah jika tua nanti, pegal akan semakin sering mengunjungi kita ya?. Hehe. Tapi tetap saja beda rasanya. Jika pegal ketika tua nanti disebabkan karena tubuh kita tidak sekuat waktu muda dulu, namun jika pegal yang ini karena bekerja keras melakukan yang terbaik untuk ku dan yang lainnya. Berbeda bukan.
“Ya Tuhan, sudah pukul 4 sore” seruku ketika melihat jam tangan yang ku acuhkan sedari tadi. “Baiklah, Min, sepertinya kau memang harus merelakan makan malam di kantor lagi”.
Kuambil ponsel pintar dalam tasku dan segera men-dial nomor yang sudah sangat aku hafal. Nomor eommaku. 
Setelah mendengar nada sambung telfon berhenti, terdengar suara lembut eomma di rumah sana. “Min, kau lembur lagi?” tanya eomma langsung tanpa basa-basi.
“Ne. Mianhae eomma, minnie tidak bisa makan malam bersama lagi.” Ujarku dengan raut wajah sedih. Walaupun eomma tidak akan bisa melihatnya, anggap saja eomma bisa melihatnya. Hehe
“Gwaenchanha, eomma mengerti, Min. Asal jangan lupa makan dan minum vitaminmu. Eomma tidak mau melihat anak eomma sakit seperti minggu lalu. Merepotkan. K k k.” terdengar suara kekehan darinya. Eomma memang senang menggoda anaknya. Bukan hanya aku yang selalu digodanya, bahkan oppaku yang baru saja memiliki buah hati saja masih sering jadi korbannya.
“Aish, eomma.” Rajukku. “Aku ini anakmu eomma, aku tak tahu lagi jika aku bukan anak eomma. Pasti sudah ditelantarkan.”
“Dan untungnya kau adalah anakku, Min. jadi eomma bisa selalu menggodamu.” 
“Dasar eomma. Oh ya, apakah oppa jadi menginap malam ini? Aku sudah sangat merindukan baby. Aku tak sabar ingin menggendongnya lagi, eomma” Tanyaku seraya merubah posisi dudukku.
“Ya, Min. Tapi dia belum sampai, katanya dia harus menjemput istri dan babynya dulu di rumah mertuanya.”
“Oh begitu. Ya sudah eomma, aku harus mekanjutkan pekerjaanku dulu. Salam buat baby ya. Aku merindukannya. Hehe” aku tersenyum setelah memutuskan panggilan. Aku tak boleh membuang waktu lagi atau aku harus tidur di sini.
“Ya Tuhan, ternyata kau masih di sini Ming?” tanya Lee Hyukjae, sahabat sejak SMA sekaligus merangkap sebagai rekan kerjaku. 
“Kau tidak bisa ya sekali saja menghilangkan kebiasaan burukmu itu. Selalu saja muncul tiba-tiba. Apa kau mau membagi jantungmu padaku jika aku terkena serangan jantung?” aku bukan sedang marah. Memang selalu seperti ini keadaannya jika kita dipertemukan. Ricuh.
“Hei, jika saja hanya ada kamu, aku dan Donghae manusia di dunia ini, aku tak akan dengan mudah memberikannya padamu, bodoh. Jantungku ini hanya untuk Donghae seorang. Kau, berharap saja mendapatkan jantungku”. Ujarnya sambil duduk tepat di sampingku.
“Berhenti membuatku seperti yeoja tak normal, Hyuk. Aku masih berharap mencintai namja. Bukan yeoja. Apalagi sepertimu. Bahkan aku rasa Donghae sedang sakit mata ketika melamarmu.”. Lihat! Benar-benar ricuh kan?
Kulihat Hyukjae mengerucutkan bibirnya agar terlihat seperti sedang merajuk. Namun tentu saja gagal. Karena hanya akulah yang bisa menguasai jurus wajah aegyo. Percaya diri sekali aku. Tapi bukankah fakta sudah membuktikannya. Banyak namja saja sering ber ‘oh’ ria ketika ku pasang wajah aegyo andalanku. “Hentikan! Itu tak kan berhasil, Hyuk. Kau tak kan bisa menandingi ke-aegyoanku” ujarku berusaha menghiburnya dan membanggakan diri.
“Tak usah kau banggakan ke-aegyoan wajahmu itu jika sampai sekarang tak ada satupun namja yang bisa kau kenalkan denganku, Ming.” Ujarnya seraya membalikkan badan menghadapku.
Akupun ikut membalikkan badan ke arahnya. “Hyukkie, bukan aku tidak bisa. Hanya saja aku terlalu sibuk untuk mengurusinya. Lagipula aku tak mau sembarangan memilih pasangan. Aku hanya ingin yang terbaik untukku, eomma, appa, dan juga untuknya calon pendampingku.”
“Arrsseo. Jika bicaramu sudah begini, aku tak akan berani lagi menceramahimu.” Ujarnya seraya mengambil tas yang tadi sempat diletakkannya di mejaku, dan kemudian menegakkan tubuhnya hendak meninggalkan ruanganku. “Tidak apa jika aku pulang dulu, Ming?.” Tanyanya sebelum benar-benar meninggalkanku. Meninggalkan ruanganku.
“Tidak. Pulang saja. Aku harus menyelesaikan berkas-berkas ini terlebih dahulu.” Kataku.
“Baiklah. Hati-hati saja, Ming. Jangan pulang terlalu larut. Banyak setan berkeliaran setiap malam.” Ujarnya sambil terkekeh.
“Kau lupa aku terlalu aegyo untuk mereka? Mereka akan terpesona melihatku dan akan langsung terpaku ketika melihatku ber-aegyo di hadapannya.” Akupun ikut terkekeh dengan ucapanku sendiri. Mana ada setan terpesona. Haha. Ada-ada saja kau, Min.
Kutekan tombol saklar dakat pintu ruanganku. Bukan hanya aku pegawai yang harus lembur malam ini. Masih ada beberapa pegawai lain yang sama halnya denganku. Sayangnya aku lebih beruntung bisa pulang 1 jam lebih awal ketimbang mereka. Itu karena aku lebih pandai memanfaatkan waktu dan tentu saja lebih teliti terhadap pekerjaanku. Jika aku tak teliti mungkin bisa saja aku harus mengulangnya lagi dari awal. Dan itu artinya akan memakan waktu lebih lama lagi untuk bisa menyelesaikannya. 
“Aku pulang dulu, Henry-ssi.” Ujarku sambil tersenyum ketika melewati ruangan pegawai di sebelah ruanganku.
“Enak sekali kau, Lee Sungmin-ssi. Kau pulang lebih awal.” Serunya. Pegawai cantik bermata sipit yang bernama Henry.
“Ne. Tetap semangat, Henry-ssi. Telfon Zoumi-ssi saja jika anda merindukannya. Itu bisa memberimu semangat bekerja. Hehe” Henry hanya tersenyum dan mengendikkan bahunya.
Akupun melanjutkan langkahku menuju lift di ujung sana. Difikiranku sekarang adalah hanya ingin segera mneggendong keponakan baruku. Sudah hampir dua minggu aku tak mengunjunginya. Aku sibuk sekali dengan urusan kantor. Dan disaat mereka akan menginap di rumahku, tak akan ku sia-siakan kesempatan untuk terus menggendongnya. Aku sangat suka anak-anak. Bagiku mereka sangat polos dan jujur. Mereka menyenangkan.
Saat jariku menekan tombol lift, tak sengaja ada jari orang lain yang juga menekan tombol yang sama. Tentu saja jari kami bertubrukan. Akupun terkejut dan langsung menurunkan tanganku.
Orang itupun juga sepertinya refleks ikut menurunkan tangannya. “Maaf, Noona. Aku tak sengaja.” Ujarnya.

*
*
*
*
t.b.c.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar