bittersweet

Jumat, 11 April 2014

KYUMIN FF/GS/THE FINAL ANSWER/CHAPTER 3

“Ah, Ne. Gomawo” ujarku. Sesaat sebelum ku langkahkan kakiku untuk keluar, tiba-tiba saja suara berat itu terdengar di belakangku. Bahkan sepertinya memanggilku. ?“Noona, tunggu dulu.”

Tuhan aku tidak bercanda sekarang. Jantung bodoh ini berdegup kencang sekali. Kenapa rasanaya seperti ini? Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Oh God. What should I do?

*
Kyumin Genderswitch Fanfiction
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
This fanfiction presented by Jasminelulu
Title : The Final Answer
Chapter : 3
Genre : Drama, Romance, Hurt
Rate : T
Cast :
Lee Sungmin, 25 tahun
Cho Khuhyun, 24 tahun
Shim Changmin, 28 tahun
Lee Hyukjae, 25 tahun
Lee Donghae, 26 tahun
And others cast
Disclaimer : All cast is belong to God, their patents, and their fans. I just use their name for my fic. Thanks, Guys. I Love U^^
*
Summary : Lee Sungmin, seorang wanita karir yang sangat sibuk selalu didesak oleh para keluarga dan sahabatnya untuk segera menikah. Namun ketika pilihannya sudah jatuh pada namja tampan bernama Cho Kyuhyun, tiba-tiba ayahnya menjodohkannya dengan namja lain bernama Shim Changmin.
Bagaimanakah jawaban terakhir Sungmin untuk memutuskan siapa yang akan menjadi pendampingnya? Dan bagaimana usaha Cho Kyuhyun dan Shim Changmin untuk meyakinkan Lee Sungmin bahwa merekalah yang terbaik?
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

- Sungmin POV-
Belum sempat ku balikkan badanku, suara berat itu kembali memanggilku. “Noona, tunggu dulu. Sepertinya kau menjatuhkan barangmu” ujarnya sambil berlari kecil berusaha mengejarku. 

Akupun membalikkan badanku. Lagi-lagi aku terkejut karena sekarang namja itu tepat berada di depanku dengan dompet berwarna pink di tangannya. “Ini milikmu bukan?”

“Aigo, benar itu dompetku.” Kuarahkan tanganku untuk mengambil benda pink itu dari tangannya. “Gamsahamnida” ucapku berterimakasih padanya.

Tanpa membalas ucapanku namja tadi sudah berjalan menuju kasir membayar belanjaannya. Kukerutkan dahiku ketika tidak sengaja mataku melihat dua kotak susu bubuk untuk bayi berada di antara barang belanjaan lainnya. Aku merasa malu sekaligus kecewa. Ternyata dia sudah memiliki anak. Sungmin, kau terlihat bodoh sekarang.
-Sungmin POV End-

d

Pukul delapan lebih seperempat menit aku sudah tiba di depan rumah. Tidak seperti biasanya rumahku terdengar sangat ramai dari dalam. Bahkan aku belum masuk saja suara tawa sudah terdengar di telingaku. Tidak heran karena memang ada baby yang meramaikan rumah kali ini. Aku tak sabar untuk bisa menggendongnya.

Kubuka pintu rumah dengan perlahan. Dan benar saja sudah ada eomma, appa, Kibum oppa, istrinya dan tentu saja si baby yang sangat kurindukan.

“Baro-ya, ahjumma merindukanmu sayang.” Teriakku seraya berjalan cepat menuju kearah eomma yang sedang memangku Baro, keponakan baruku.

Tentu saja kelakuanku mendapat protes dari manusia-manusia yang ada di sana. Terlebih eomma. “Ya! Kau baru datang bukan mengucapkan salam atau apa, malah langsung mencelakai eomma. Kau tak lihat eomma sedang memangku Baro, eoh?” Protesnya sambil mengubah wajahnya seseram mungkin. Dikiranya aku anak kecil yang bisa saja dengan mudah ditakut-takuti seperti itu. Walaupun aku tahu eomma bercanda. Tapi tetap saja aku tak mau kalah darinya.

“Aigo, sudahlah eomma. Eomma sudah tua. Tak usah merubah wajah seperti itupun, sudah terlihat jelek.” Gantian aku sekarang yang meledeknya.

“Sudahlah eomma, Baro akan mengis jika melihat wajah eomma seperti itu.” Kali ini Kibum oppa membelaku. Mungkin sekalian balas dendam juga kepada eomma.

“Yeobo. Benar kata anak-anakmu. Kau sudah tua. Tak pantas kau pasang wajah seperti itu.” Hingga akhirnya appa lah yang dapat menghentikan tingkah eomma. I Love U appa. 

d

Dengan cepat kuturuni tangga menuju ruang tengah dimana semua keluarga berkumpul. Sengaja aku memilih duduk di dekat Ryeowook agar dekat dengan si baby Baro.

“Kesinikan Baro! Aku ingin memangkunya eonni.” Pintaku pada satu-satunya ipar kesayanganku.

“Tunggulah sejenak. Kau tak lihat dia sedang asik minum asi, Min.” Ucapnya dengan tangannya yang menepuk-nepuk pantat Baro.

“Oh, mian eonni. Aku tidak tahu.” Ujarku. Maklum saja. Aku sudah sangat merindukan Baro.

“Tadi jam berapa eonni sampai di sini?” tanyaku sekedar bercengrama dengannya.

“Baru saja, Min. Mungkin sekitar pukul 8 tadi.  Selisih 1 jam dengan Kibum oppa. Dia datang lebih awal.”

“Lebih awal? Bukankah tadi oppa menjemputmu dulu?” aku teringat kata-kata eomma waktu tadi menelfonnya.

“Tidak jadi. Tiba-tiba saja sepupuku ingin sekali bertemu Baro. Karena kami menunggunya terlalu lama, akhirnya aku menyuruh Kibum oppa untuk pergi terlebih dahulu agar eomma dan appa tidak khawatir.” Ujar Ryeowook eonni menjelaskan.

“Lalu bagaimana eonni datang kemari? Naik taxi?” tanyaku penasaran.

“Tidak. Aku memaksa sepupuku untuk mengantar sampai sini.” Jawabnya.“Sungmin, bukankah kau sudah dewasa. Kau tidak berniat segera mengenalkan eonni dengan calonmu?” tiba-tiba saja Ryeowook eonni menanyakan hal yang sama sekali belum terlintas di benakku. 

“Eoh? Aku belum menemukan namja yang cocok denganku. Memikirkannya saja belum sama sekali.” Ujarku seraya mengambil alih Baro dari pangkuan eommanya.

Sebenarnya pernah beberapa kali terlintas di benakku untuk segera mencari pendampingku. Di samping eomma selalu memaksaku untuk segera menikah, memang benar kata Ryeowook eonni. Aku sudah dewasa.

“Ayolah, Min. Kau sudah berumur untuk melangsungkan pernikahan. Bahkan temanmu banyak yang sudah memiliki anak. Apa kau tak iri?” tanyanya lagi.

“Jika aku sudah menemukannya, aku berjanji akan segera memberitahumu, eonni-ya” Ujarku sambil menatap Baro yang sebelumnya kuhadapkan ke arahku.

d

Sekarang pukul 06.30 pagi. Aku berada di kamar dengan penampilanku yang sudah cantik menurutku. Kupatutkan gambar diriku terlebih dahulu memastikan penampilan hari ini sempurna. Bukan apa, hanya saja hari ini akan ada meeting penting dengan perusaan luar negeri. Bukakah lebih baik menampilkan yang terbaik untuk kepentingan perusahaan? Begitulah yang ada difikiranku kali ini. 

“Omo, anak eomma manis sekali.” Sepertinya syndrome dari Hyukjae kini telah sukses menular ke eomma. Buktinya pagi ini tiba-tiba saja dia sudah tepat berada di belakangku.

“Kamchakiya!” ujarku spontan. “Eomma, dari dulu eomma yang selalu mengajariku untuk selalu permisi dulu jika ingin masuk kamar orang.” Protesku.

“Aigo, kenapa marah? Seharusnya kau senang  eomma memujimu, Min.”

Aku hanya memajukan bibirku lucu di hadapannya, tanda merajuk. 

“Aigo. Aigo. Sudah, Min. Eomma akan sulit percaya kau sadah 25 tahun kalau kau pasang wajah seperti itu.”

Aku tersenyum dan langsung mencium pipinya. “Biarkan, eomma. Yang terpenting adalah anak eomma ini tetap manis bukan? K k k.” Aku terkekeh melihat raut wajahnya yang terkejut mendapat serangan mendadakku.

“Terserah kau, Min.” Ujarnya sambil mensejajarkan posisinya tepat di sampingku. “Tapi eomma masih penasaran kenapa pagi ini kau pakai makeup? Bukannya biasanya kau malas makeup, Min?

“Hari ini ada meeting dengan perusaan asing.” Ujarku singkat.

“Kenapa kau yang berangkat? Kau sudah jadi sekretaris sekarang?”

“Bukan begitu eomma, aku hanya menggantikan sekretaris Choi Siwon sajangnim yang sedang cuti melahirkan.” Jelasku.

“Begitu ya? Eomma kira kau naik pangkat, Min. Oh ya, biasanya cepat bilang eomma jika kau sudah menemukan namja idamanmu. Eomma ingin kau segera menikah, Min.” Lagi-lagi menikah. Apa tak ada materi lain selain menikah?

d

-Kyuhyun POV-
“Jadi namanya Sungmin. Apa marganya, Hyung?” tanyaku penasaran. Sejak pertama aku tak sengaja bertemu dengannya. Aku sudah jatuh pada pesonanya.

“Marganya sama sepertiku. Apa lagi yang kau ingin tahu darinya, Kyu?” jawab Lee Donghae dengan nada malas. Aku memakluminya. Di tengah banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, kupaksa manusia setengah ikan itu menemuiku hanya untuk bertanya mengenai yeoja mata kelinci.

“Cukup Hyung. Tugasmu kali ini mengatur bagaimana aku bisa bertemu dengannya.” Ujarku.

“Kau ingin langsung bertemu dengannya, Kyu?”

Aku mengangguk. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya lagi. Aku tidak mungkin harus bolak-balik dari rumah sakit ke kantor milik appaku hanya untuk bisa melihatnya.

Ayolah, aku dokter profesional. Aku tak akan tega membiarkan pasinku terlantar hanya karena urusan pribadiku.

“Bagaimana jika nanti malam? Sepertinya dia tidak sedang lembur malam nanti.”

“Kau yakin, Hyung?” tanyaku meragukan tawarannya. “Bagaimana jika dia ada janji lain?”

“Kau lupa apa yang kukatakan barusan. Lee Sungmin itu yeoja pekerja keras. Mana mungkin dia masih sempat memikirkan janji bertemu dengan orang lain. Aku mengenalnya dengan baik, Setan” jelasnya berusaha meyakinkanku.

“Baiklah, aku percayakan semua padamu, Hyung.”putusku.
-Kyuhyun POV End-

d

-Sungmin POV-
“Ming, berhenti di sana!” suara monyet itu memanggilku. Aku yakin betul jika itu adalah Hyukkie. Kehentikan langkahku menuju pintu keluar kantor yang jaraknya tinggal 3 meter tepat di hadapanku.

“Ada apa, Hyuk?” tanyaku seraya membalikkan badan.

“Astaga Hyuk, kau mau masuk rumah sakit lagi? Kau pakai high hils, Hyuk. Aku bersumpah tak akan membawamu ke rumah sakit  jika kau jatuh lagi.” Ujarku panjang lebar seperti luas tanah kantor ini. Bagaimana tidak. Baru genap dua minggu Hyukkie masuk kerja sejak insiden jatuhnya di lantai lima kantor ini. Aku masih ingat betul bagaimana cemasnya diriku ketika melihat kakinya mengeluarkan benda cair berwarna merah. 

Lihat ! dia hany cengenegsan tak jelas setelah melutku berbusa menyeramahinya. Ok. Kali ini aku berlebihan. Tapi bukankah kelakuannya itu benar-benar menyebalkan. 

“Ada apa?” kuulangi pertanyaanku padanya.

“Hei, jangan sambil marah seperti itu, Ming. Kau tambah jelek jika seperti itu.” Serunya.

“Aku bukan marah, Hyuk. Apa kau fikir aku tak khawatir melihatmu berlari dengan hils tinggi itu” jelasku. Aku sungguh tidak marah. Aku hanya khawatir. Itu saja.

“Sudahlah, lupakan. Kau ada apa tiba-tiba menghampiriku?” tanya ku lagi. Jika tidak salah aku sudah bertanya tiga kali dengan pertanyaan ‘Ada apa’. Jika aku bertanya sekali lagi, mungkin aku akan dapat bonus lemari es dua pintu.

“Itu, Ming. Donghae tadi menghubungiku. Dia bilang ada orang yang ingin menemuimu.”

“Siapa?” tanyaku.

“Aku lupa, yang ku ingat hanya wajahnya.” Ujarnya.

Ok. Aku yakin kali ini dia tak bercanda. Tapi pertanyaannya adalah siapa orang itu? Dan apa tujuannya ingin menemuiku?.

“Hyuk, apa dia namja?” tanyaku sedikit ragu.

“Molla. Aku hanya menyampaikan pesan ikan tampan itu untukmu.”

“Kalau begitu, kau juga tak tahu apa tujuan orang itu ingin bertemu denganku?” tanyaku mantap.

“Benar. Aku tak tahu, Ming. Sudahlah. Yang penting kau temui saja orang itu pukul delapan malam nanti. Kau tidak lembur bukan?. Ini alamatnya.” Ujar Hyukkie seraya mengulurkan tangannya memberikan selember sticky notes bertuliskan alamat tempat yang harus kutuju kepadaku.

d

Jam tangan di tanganku menunjukkan pukul tujuh lebih empat puluh lima menit. Dan itu artinya sudah hampir dua puluh menit aku duduk di sini. Sengaja aku memesan minuman terlebih dahulu untuk menemaniku menunggu. 

Aku memang sudah terbiasa datang lebih awal dalam setiap acara. Termasuk acara perjanjian yang tak jelas ini. Aku bahkan tidak tahu yang membuat janji denganku itu apakah seorang yeoja atau namja.

Jujur aku sedikit merasa gugup. Mungkin karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Semoga dengan meminum strawberry juice ini dapat menghilangkan kegugupanku. Atau paling tidak sekedar menguranginya.

‘Beep’

Ponsel pintarku berbunyi. Kubuka flip case nya dan melihat siapa yang mencoba menghubungiku kali ini. 

“Ikan?, Oh God kenapa tidak dari tadi saja aku menghubunginya. Bodoh kau, Min.”

“Ya Hae, ada apa?” tanyaku berusaha senormal mungkin agar tidak terdengar gugup.

“Kau sudah di sana, Ming?”

“Sudah Hae. Bahkan aku sudah 20 menit di sini.”

“Benarkah? Ok. Kalau begitu tetap di sana, Ming. Sebentar lagi namja itu pasti datang.”

“Namja?” tanyaku spontan.

“Ne. Sudahlah kau akan tahu semuanya sebentar lagi.”

“Hae, bahkan aku tak tahu dan tak pernah melakukan ini sebelumnya.”kataku sarat akan nada protes.

“Percaya padaku. Kau akan menikmatinya, Ming. Namja itu memakai kaca mata juga sepertimu. Memakai jas hitam dengan kemeja biru. Baiklah, aku tak mau panjang lebar menerangkannya. Nikmati saja kencan buta mu, Ming. Aku menyayangimu.” Beep. Ikan sialan itu memutuskan secara sepihak panggilannya. 

Dasar ikan tidak waras. Apa dia bilang? Kencan buta? Oh God. I must crazy right now. Tunggu saja Hae. Akan ku patahkan siripmu besok.

Tanpa kusadari waktu menunjukkan pukul 19.55. Sungguh tak dapat dipungkiri  gugup yang tadi hanya sekedar gugup. Kini telah berganti nama menjadi sangat gugup. Bahkan tanpa kusadari kakiku bergerak gelisah dari tadi.

“Annyeong haseyo”

Oh God, suara itu.


*
*
*
*
t.b.c.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar