bittersweet

Kamis, 10 April 2014

KYUMIN FF/GS/THE FINAL ANSWER/CHAPTER 2

Saat jariku menekan tombol lift, tak sengaja ada jari orang lain yang juga menekan tombol yang sama. Tentu saja jari kami bertubrukan. Akupun terkejut dan langsung menurunkan tanganku.
Orang itupun juga sepertinya refleks ikut menurunkan tangannya. “Maaf, Noona. Aku tak sengaja.” Ujarnya.

*
Kyumin Genderswitch Fanfiction
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
This fanfiction presented by Jasminelulu
Title : The Final Answer
Chapter : 2
Genre : Drama, Romance, Hurt
Rate : T
Cast :
Lee Sungmin, 25 tahun
Cho Khuhyun, 24 tahun
Shim Changmin, 28 tahun
Lee Hyukjae, 25 tahun
Lee Donghae, 26 tahun
And others cast
Disclaimer : All cast is belong to God, their patents, and their fans. I just use their name for my fic. Thanks, Guys. I Love U^^
*
Summary : Lee Sungmin, seorang wanita karir yang sangat sibuk selalu didesak oleh para keluarga dan sahabatnya untuk segera menikah. Namun ketika pilihannya sudah jatuh pada namja tampan bernama Cho Kyuhyun, tiba-tiba ayahnya menjodohkannya dengan namja lain bernama Shim Changmin.
Bagaimanakah jawaban terakhir Sungmin untuk memutuskan siapa yang akan menjadi pendampingnya? Dan bagaimana usaha Cho Kyuhyun dan Shim Changmin untuk meyakinkan Lee Sungmin bahwa merekalah yang terbaik?
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

-Sungmin POV-
“Ah, Aniya. Itu bukan kesalahan an …” kalimatku hilang begitu saja ketika kubalikkan badan dan tanpa sangaja menatap namja tepat di depanku ini.

Tuhan, mimpikah hamba? Namja ini bahkan sangat sulit untuk ku jelaskan ketampanannya. ‘sangat tampan’ hanya dua kata itu yang bisa keluar dari mulutku. 


Butuh beberapa detik untuk mengembalikan diriku dari acara ber’wow’ ria tadi. Hingga dapat ku dengar suara berat yang menyadarkanku. “Noona, liftnya sudah terbuka. Bukankah anda akan masuk juga?”

Ya Tuhan, suaranya membuat hatiku merasa nyaman seketika itu juga. “Ah, ne.” I’m speachless. 

Segera kulangkahkan kakiku masuk ke dalam lift. Tentu saja masih dengan perasaan yang sangat sulit ku terjemahkan. Jujur saja, aku belum pernah merasakan perasaan yang seperti ini. Hatiku serasa berbunga-bunga. Bibirku dengan bodohnya terus saja menyunggingkan senyuman, ‘Bibir bodoh.’ Umpatku dalam hati.
Selama di dalam lift tidak ada perbincangan berarti di antara kami. Aku berdiri di sisi sebelah kiri dan dia, namja tampan itu berada di sisi sebelah kanan lift.

Tidak jarang aku mencuri pandang ke arahnya. Yeoja normal mana yang tahan tidak melihat namja setampan ini. Dan sayangnya aku juga termasuk yeoja itu. 

‘Deg’

Oh God, kurasakan jantungku berdetak 10 kali lebih cepat dari biasanya ketika tidak sengaja pandangan kami bertemu.

Segera ku tundukkan kepalaku. Tak dapat dipungkiri lagi walau hatiku berbunga namun aku juga malu karena kedapatan mencuri pandang ke arahnya. ‘aku yakin wajahku sudah persis seperti kepiting rebus’ kataku dalam hati.


d

‘Beep’

Pintu lift perlahan terbuka. Dan tibalah aku di lantai dasar. Aku berjalan keluar sendirian. Tentu saja karena namja yang bersamaku dalam lift tadi sudah keluar terlebih dahulu di lantai tiga.

Kulanjutkan langkahku menuju lobby. Sesampainya diluar pintu kantor kuhentikan langkahku. “Ah, kenapa harus hujan?” ujarku sebal. Refleks ku pasang wajah merajuk. “Haruskah aku terpaksa kehujanan sampai pemberhentian bus di sana? Ya Tuhan, haruskah?”

Kubulatkan tekatku untuk tetap pulang walau air hujan masih tetap saja menari-nari di depanku. “Tak apa, Min. Baby sedang menunggumu di rumah.”kataku menyemangati diriku sendiri.

Namun tiba-tiba kurasakan tangan halus menyentuh pundakku. Aku terkejut dan refleks membalikkan badan. “Ah, ternyata kau, Hae. Kau persis seperti istrimu. Sering muncul bagai hantu.” Celotehku.

“Hehe. Maaf. Mau pulang?” tanyanya.

Aku mengangguk.

“Kau tak lihat di luar hujan?”

“Aku tahu.” Jawabku.

“Kau tidak berniat pulang sekarang kan?

“Jika aku menunggu hujan reda, bisa semalaman aku disini, Hae. Sepertinya akan sangat lama hujannya bisa reda.” Jelasku.

“Tunggulah sebentar, akan ku antar kau pulang.” Putusnya.

“Tak perlu, Hae. Aku bisa pulang sendiri. Kau lanjutkan saja perkerjaanmu. Aku tau kau harus menyelesaikan laporanmu malam ini kan?. Aku menolak tawarannya. Aku tidak suka merepotkan orang lain. 
Selama aku masih mampu melakukannya sendiri, aku akan melakukannya sendiri.

“Soal laporan itu memang benar. Tapi aku tak tega melihatmu kehujananan. Tunggulah beberapa menit lagi. Hujan pasti reda.” Ujarnya sambil menepuk bahuku.

“Baiklah, aku akan menunggunya di sini. Kau kembalilah ke ruanganmu. Pekerjaanmu akan marah jika terlalu lama kau tinggal.” Aku terkekeh.

Donghae tertawa ringan dan mengacak rambutku sebelum kembali ke ruangannya. Tak usah heran dengan tingkahnya itu. Kita memang sudah terbiasa melakukan hal-hal semacam itu dari dulu. Bahkan aku sudah memperingatkannya ketika dia resmi memenjadi suami Hyukjae. Namun Donghae tetap tidak mau menghilangkan kebiasaannya. Bukan karena ada hubungan spesial di antara kami. Itu dilakukannya karena dia sudah menganggapku sebagai adiknya. Ditambah lagi Hyukjae tak pernah melarangnya. Jadi aku biarkan saja. Toh jika aku sudah berkeluarga nanti Donghae akan sungkan sendiri.

d

Sudah sekitar 20 menit aku duduk menunggu hujan reda. Dan akhirnya penantianku tidak sia-sia. Hujan yang tadinya sangat deras kini berganti menjadi gerimis.

Aku beranjak dari kursiku menuju pintu keluar. Dengan pelan kulangkahkan kakiku menuju jalan yang licin. Setidakknya ini lebih baik dari pada aku harus menerobos hujan tadi.

Butuh 15 menit dari kantorku sampai ke pemberhentian bus. Dingin memang. Apalagi di tengah perjalanan, hujan bertambah deras. Tapi apa mau dikata? Aku tidak mungkin kembali ke kantor bukan?.

Sempurna. Aku basah kuyup. Sial, dingin sekali. Dan aku harus menunggu bus sendiri di sini. Akhirnya aku putuskan untuk membeli minuman hangat dan makanan pengganjal perut di toko swalayan di dekat sana. 

Tidak jauh, hanya butuh menyeberang jalan dan aku sudah sampai. Kemudian aku masuk ke dalam toko. Mataku mengedar mencari barang yang kucari. Setidaknya barang itu dapat mengurangi rasa dingin di badanku.

Setelah apa yang kubutuhkan sudah kudapatkan, akupun berniat untuk menuju kasir untuk membayarnya. Tanpa kuduga sebelumnya, pandanganku menamgkap sosok namja yang bersamaku di lift tadi. Namja itu terlihat keluar dari mobilnya dengan buru-buru kemudian masuk ke dalam toko. Segera ku palingkan wajahku darinya. Aku tak mau malu dua kali.

Aku berjalan menuju kasir dan menaruh barang belanjaanku diatas meja kasir. “Tolong dihitung belanjaanku, Agashi.” Ucapku.

“Ne. Apakah ada yang lain lagi?” ujar yeoja penjaga kasir di depanku.

“Ah. Aniya. Itu saja.” 

Setelah penjaga kasir itu selesai menghitung belanjaanku, aku menyerahkan uang cash kepadanya. Selagi aku menunggu uang kembalian, sengaja ku edarkan mataku mecari sosok namja yang bahkan namanya saja aku belum tahu.

Itu dia, aku tidak memperhatikan apa yang sedang namja itu cari. Aku hanya sibuk memandangi wajahnya. Lagi-lagi dua kata yang ada difikiranku ‘sangat tampan’.

“Ini kembaliannya, Agashi.” Suara yeoja penjaga kasir itu membuatku harus menghentikan acara memandang namja tampan itu. 

“Ah, Ne. Gomawo” ujarku. Sesaat sebelum ku langkahkan kakiku untuk keluar, tiba-tiba saja suara berat itu terdengar di belakangku. Bahkan sepertinya memanggilku?.

“Noona, tunggu dulu.”

Tuhan aku tidak bercanda sekarang. Jantung bodoh ini berdegup kencang sekali. Kenapa rasanya seperti ini? Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Oh God. What should I do?


*
*
*
*
t.b.c.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar