Tanpa kusadari waktu menunjukkan pukul 19.55. Sungguh tak dapat dipungkiri gugup yang tadi hanya sekedar gugup. Kini telah berganti nama menjadi sangat gugup. Bahkan tanpa kusadari kakiku bergerak gelisah dari tadi.
“Annyeong haseyo”
Oh God, suara itu.
*
Kyumin Genderswitch Fanfiction
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
This fanfiction presented by Jasminelulu
Title : The Final Answer
Chapter : 4
Genre : Drama, Romance, Hurt
Rate : T
Cast :
Lee Sungmin, 25 tahun
Cho Khuhyun, 24 tahun
Shim Changmin, 28 tahun
Lee Hyukjae, 25 tahun
Lee Donghae, 26 tahun
And others cast
Disclaimer : All cast is belong to God, their patents, and their fans. I just use their name for my fic. Thanks, Guys. I Love U^^
*
Summary : Lee Sungmin, seorang wanita karir yang sangat sibuk selalu didesak oleh para keluarga dan sahabatnya untuk segera menikah. Namun ketika pilihannya sudah jatuh pada namja tampan bernama Cho Kyuhyun, tiba-tiba ayahnya menjodohkannya dengan namja lain bernama Shim Changmin.
Bagaimanakah jawaban terakhir Sungmin untuk memutuskan siapa yang akan menjadi pendampingnya? Dan bagaimana usaha Cho Kyuhyun dan Shim Changmin untuk meyakinkan Lee Sungmin bahwa merekalah yang terbaik?
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
-Sungmin POV-
Kutarik nafas dalam-dalam setelah menatap wajahnya sekilas. Kuraih segelas strawberry juice yang ada di hadapanku. Ku harap dengan meminumnya rasa gugup ini, oh maaf, maksudku rasa sangat gugup ini bisa sedikit demi sedikit berkurang.
“Apakah anda yang membuat janji dengan saya?” tanyaku memulai pembicaraan sekaligus memastikan.
“Ne, majayo”. Ujarnya singkat.
Aku tak tahu harus bagaimana. Namja yang kufikir sudah berkeluarga kemarin sekarang sedang manjalani kencan buta bersamaku.
Jangan tanya bagaimana perasaanku sekarang! Tentu saja tidak menentu. Antara senang dan tidak percaya.
“Ehem,”aku berdehem sebentar dan mencoba mengatur detak jantungku dengan baik. Jujur sampai saat ini aku belum bisa mengatur jantungku. Rasanya jantung bodoh ini berdetak 1000 kali lebih cepat dari biasanya.
“Sepertinya saya masih terlalu canggung jika harus berhadapan dengan yeoja pekerja keras seperti anda.”ujarya setelah meletakkan gelasnya.
Sial. Bahkan aku tak tahu itu termasuk pujian atau tidak. Tapi kenapa rasanya wajahku memerah. Haruskah kali ini ku sumpahi wajahku sendiri? Tunggu dulu, bagaimana dia bisa tahu kalau aku yeoja pekerja keras? Pasti ikan bodoh itu yang memberitahunya.
“Ah. Sebenarnya anda terlalu melebih-lebihkan. Saya hanya yeoja biasa. Bukan pekerja keras seperti yang anda katakan.” Ucapku merendahakan diri. Bagaimanapun hal seperti ini sudah menjadi hal yang umum jika kita sedang dipuji.
“Baiklah, kapan saya bisa langsung melamar anda nona?”
d
-Kyuhyun POV-
“Benarkah? Apa yang harus kulakukan, Hyung?” tanyaku melalui telfon kepada manusia setengah ikan kesayanganku.
“Apa suaraku terdengar sedang berbohong, bodoh? Sungmin sudah di sana sejak tadi. Cepat kesana dan tamui dia.” Putus si ikan itu mantab seraya memutuskan panggilannya.
Rasa gugup mulai tak dapat ku kendalikan. Walaupun aku namja, tetapi jujur saja aku tak pernah pergi kencan buta sebelumnya. Aku memang sudah pernah memiliki pasangan sebelum ini. Tapi aku tak melakukan kencan buta seperti ini. Kita biasa bertemu di kampus. Lalu aku menyukainya dan ku tembak begitu saja. Sungguh kali ini beda rasanya.
Setelah mengatur nafasku hingga teratur, dengan mantab ku kendalikan mobilku menuju tempat kencan butaku bersama dengan yeoja mata kelinci itu. Walaupun dia berkaca mata sepertiku, namun matanya tetap saja terlihat indah. Bisa kupastikan mata itu hanya ada satu pasang di dunia ini. Dan itu miliknya. Kubayangkan betapa beruntungnya jika aku bisa melihatnya setiap hari.
d
Sekarang aku sudah berada di parkiran tempat di mana aku akan bertemu dengannya. Sungguh jantungku tak dapat ku kendalikan lagi. Bagaimana jika dia nanti menyadarinya?. Tuhan, tolong aku.
Tapi aku tak bisa terus seperti ini. Bahkan aku posisiku di sini yang namja. Seharusnya aku yang datang terlebih dahulu. Aku tak boleh membuatnya menunggu lebih lama lagi. Baiklah. Ini memang sudah saatnya.
Sekali lagi kumantapkan hatiku sebelum masuk ke dalam café. Aku yakin aku tak akan apa-apa. Sekalipun nantinya aku akan susah mengatur detak jantungku. Aku tak akan mati bukan?
Setelah berada di dalam, kuedarkan mataku mencarinya. Ternyata mudah sekali menumakannya. Hanya dia yang paling manis di café ini. Aku tak tahu kalian setuju atau tidak. Jika tak setuju, protes saja kepada mataku.
“Annyeong haseyo” kataku setelah berada tepat di sampingnya.
Cukup lama untukku mendapatkan respon darinya. Raut mukanya menunjukkan jika dia terkejut melihatku. Ah ya. Aku baru ingat si manusia setengah ikan itu tidak memberi tahu Sungmin jika yang akan ditemuinya adalah aku.
Aku yakin cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Jangan tanya bagaimana bisa aku seyakin itu! Tentu saja ikan dan monyet itu kupaksa menyelidikinya. Jadi intinya aku tahu aku memiliki harapan untuk berdekatan dengannya.
Sekarang aku duduk di depannya. Jantungku sudah dapat kuatur. Ku beranikan diri menatap wajahnya yang memarah itu. Lihatkan. Itu tanda jika dia juga tertarik padaku.
‘Deg’
Sial, aku tak tahu bagaimana cara Tuhan mengatur proses kerja jantung ini. Setiap kali pandanganku bertemu dengannya. Jantung ini berdetak sangat cepat. Jadilah sekarang kutundukkan wajahku. Hanya itu caraku untuk menutupi kegugupanku. Aku tak mungkin menyentuh dadaku di hadapannya. Aku bisa sangat malu.
d
-Sungmin POV-
“Apa? Kau sedang tidak bergurau kan, Ming?” sepertinya Hyukkie terkejut mendengar pernyataanku barusan. “Aku tidak terkejut, bodoh. Tapi aku SANGAT TERKEJUT”. Ujarnya dengan penekanan di akhir kalimatnya.
“Eh, kau bisa dengar apa yang aku ucapkan dalam hati tadi, Hyuk?” tanyaku heran.
“Dasar bodoh. Aku mengenalmu sudah lama, Ming. Tentu saja aku tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang.” Tegasnya. “Tapi apa memang benar Dokter Cho itu ingin langsung melamarmu? Tanyanya seraya menggeser posisinya lebih dekat denganku.
“Ne. Bahan aku belum tahu namanya ketika dia mengatakan jika ingin segera melamarku.” Jelasku.
“Sampai begitukah?”
Aku hanya mengangguk memberikan jawaban.
“Lantas?”
“Lantas bagaimana maksudmu, Hyuk?” tentu saja aku tak faham.
“Lantas bagaimana jawabanmu?”
“Aku hanya bilang kalau aku butuh waktu untuk menjawabnya. Walaupun aku sudah tertarik padanya sejak pertemuan tidak sengaja di pintu lift itu. Aku tak bisa langsung menjawabnya.”
Hyukjae terlihat puas mendengar penuturanku. Mungkin juga dia berfikir akan melakukan hal yang sama jika berada dalam posisiku.
Tiba-tiba saja aku merasa ada kalimat yang mengganggu pikiranku. “Hyuk, dia dokter?”tanyaku tiba-tiba. Yang spontan membuatnya mengelus dada.
“Aigo, kau mengejutkanku.” Protesnya yang kubalas dengan senyuman.
“Jadi dia seorang dokter? Begitu Hyuk?” kuulangi pertanyaanku.
“Bahkan kau juga tak mengetahuinya? Apa saja yang kau lakukan semalam, hah? Nama tak tahu, pekerjaan juga tak tahu. Jangan-jangan kau juga tak tahu jika dia itu sepupu Ryeowook eonni?”
Pernyataan itu sungguh mengejutkanku. Kita memang tak banyak bicara malam itu. Hanya percakapan ringan dan berakhir dengan perkenalan simple. Saling memperkenalkan nama. Itu saja.
d
Kubenarkan letak kaca mataku sehingga terasa nyaman kupakai. Sejak tadi pagi entah kenapa pandangan mataku sering mengabur. Kepalaku juga mulai terasa berat. Badanku terasa lelah sekali. Hingga tidak dapat dipungkiri lagi aku tidak bisa konsentrasi terhadap pekerjaan hari ini.
“Tidak perlu kau paksakan begitu, Sungmin-ssi. Jika lelah tinggal izin kepada atasan. Kau sudah bekerja keras seminggu ini.” Ujar Henry mencoba menasehatiku.
Aku tersenyum simpul kepadanya. Dia karyawan baru di sini, sehingga kami masih sering menggunakan bahasa formal. “Terima kasih, Henry-ssi. Namun sepertinya aku masih bisa menahannya. Percayalah, aku tak apa.” Ucapku seyakin mungkin. Kenyatannya aku memang masih bisa menahannya.
“Sayangnya kali ini aku tidak bisa percaya, Sungmin-ssi. Muka pucatmu tidak dapat kau ajak kompromi.” Ucapnya seraya menyentuhkankan punggung tangannya ke dahiku. “Aigo. Panas sekali. Maaf Sungmin-ssi. Sepertinya kau harus ke dokter sekarang juga. Bersiaplah! Aku yang akan menemanimu.” Putusnya sepihak tanpa menunggu keputusanku.
d
-Normal POV-
“Maaf Sajangnim, saya tidak sempat bertemu langsung dengan anda untuk meminta izin. Saya sangat khawatir dengan kondisi Sungmin-ssi.”
“Tidak apa. Justru aku malah berterima kasih kepadamu. Untung saja kau tahu dan segera membawanya ke rumah sakit. Jadi bagaimana keadaannya sekarang?” ujar Choi Siwon dari seberang sana.
“Kami baru saja sampai di rumah sakit. Sekarang Sungmin sedang di periksa di UGD. Kondisinya memburuk setelah tiba di sini.” Ujar Henry terdengar panik.
“Baiklah kalau begitu. Setelah urusanku selesai aku segera kesana. Jangan lupa kau kabari keluarganya!”
Tak lama setelah itu sambungan diputuskan. Henry tampak jelas sekali tengah khawatir dengan keadaan rekan kerjanya itu. Bagaimana tidak? Dalam perjalanan ke Rumah sakit, Sungmin bahkan sempat pingsan beberapa kali. Untung saja Henry tahu bagaimana cara mengatasinya. Karena dulunya dia sempat pernah kuliah dua semester di fakultas kedokteran.
Tadi pagi Henry memang tidak meminta izin terlebih dahulu untuk meninggalkan kantor. Dia tahu kondisi Sungmin sangat tidak baik. Jika tidak segera di bawa ke rumah sakit, mungkin Sungmin akan pingsan.
Dengan perasaan cemas Henry menunggu kabar tentang Sungmin. Walau baru satu bulan mengenalnya, namun Henry merasa sangat nyaman dengan Sungmin. Pagi itu sebenarnya Henry berniat memberikan cemilan kepada Sungmin. Namun ketika dilihatnya Sungmin tengah duduk memegangi kepalanya, dengan mudah Henry tahu jika manusia di depannya ini sedang dalam keadaan tidak baik.
Henry tengah duduk ketika dia mendengar pintu ruang Sungmin diperiksa tengah terbuka. Harapannya saat ini adalah mendengar kabar baik dari dokter yang memeriksa Sungmin. Namun ketika Henry beranjak dan ingin segera mengetahui keadaan Sungmin, seketika itu juga Henry membekap mulutnya sendiri dan terlihat kaget. Rasa bersalah yang hampir ia lupakan, dengan seenaknya saja kini datang kembali tanpa melihat kondisi dan waktu.
“Kau?”
*
*
*
t.b.c.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar